Page Nav

5

Grid

GRID_STYLE

IAIN Parepare

IAIN Parepare

Postingan Populer

Classic Header

{fbt_classic_header}

Postingan Populer

Breaking News:

latest

Menyingkap Tabir Kisah Figur Ibu Pada Pandemi

Nurlaela Yuliasri (Mahasisiwi Prodi JI) Setahun berlalu, nyatanya pandemi covid-19 belum usai. Tanpa pandang bulu, virus ini dapat menginfek...

Nurlaela Yuliasri (Mahasisiwi Prodi JI)

Setahun berlalu, nyatanya pandemi covid-19 belum usai. Tanpa pandang bulu, virus ini dapat menginfeksi siapa saja. Virus tak kasat mata ini mampu memorakporandakan sendi kehidupan. Mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, pariwisata, pendidikan, dan sosial. Berbagai elemen masyarakat turut ambil peran memutus rantai penyebaran covid-19, termasuk figur  seorang ibu.

Berada pada situasi kebijakan adaptasi baru (new normal), mendorong seorang ibu menjadi garda terdepan menjaga kesehatan keluarga dari penularan covid-19. Mengatur penerapan protokol kesehatan di keluarga. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan di dalam dan di luar rumah, menghindari kerumunan, dan mengomsumsi makanan dan minuman yang bisa menguatkan sistem imun tubuh.

Berbicara tentang figur seorang ibu memang tidak ada habisnya. Seorang ibu memang dianugrahkan naluri oleh Sang Pencipta untuk melindungi dan merawat dari setetes darah hingga menjadi seonggok daging yang mampu berbicara, membaca, berjalan, dan menjadi seorang pejuang. Tak salah, apresiasi tertinggi untuk seorang ibu telah menjadi pemilik rahim perjuangan. Sedang kata telah terbungkam oleh hebatnya peran seorang ibu.

Terbukti dari pemilihan lagu PADI Reborn yang bertajuk ‘Ingat Pesan Ibu’. Lagu ini menjadi bentuk penghargaan dan simbol penting atas peran figur ibu di tengah pandemi seperti saat ini. Lagu ini diusung oleh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan covid-19 bersama PADI Reborn untuk mengajak masyarakat agar tidak abai dan lengah mematuhi protokol kesehatan. 

“Ingat pesan Ibu

Pakai maskermu

Cuci tangan pakai sabun

Jangan sampai tertular

Ingat selalu pesan Ibu

Jaga jarakmu

Hindari kerumunan

Jaga keluargamu”

Begitulah lirik lagu berdurasi 30 detik yang kerap kali muncul di layar televisi. Lagu ini dikemas dengan aransemen pop dan rentetan kata yang terdengar  sederhana, tetapi dibalik itu ada harapan yang tak henti dilangitkan. Tak sekadar menyapa bersama semilir angin, melainkan genggaman kuat yang menenangkan untuk bersama-sama melawan virus covid-19. Sama halnya dengan pelukan seorang ibu, nampak sederhana, tetapi tak ada yang lebih menenangkan dari itu. 

Anugrah seorang perempuan menjadi ibu tidaklah mudah. Apalagi di tengah pandemi covid-19, proses belajar mengajar harus di rumah secara daring (online), maka ibu mengambil peran  sebagai seorang pendidik bagi pendidikan anak. Bukan hanya itu, ibu menjadi seorang ahli gizi keluarga. Lebih protektif mengenai kesehatan gizi keluarga dengan mengatur pola makanan agar imun tubuh tetap terjaga.

Hebatnya lagi, ibu menjadi nahkoda kebersihan rumah. Siap siaga menjadi teropong menyuarakan pentingnya kebersihan agar kesehatan anggota keluarga tetap aman. Masih banyak kehebatan yang dilakukan oleh seorang ibu di luar sana. Fakta ini telah berhasil mematahkan stereotip bahwa perempuan adalah kelompok yang lemah dan selalu termarjinalkan. Perempuan bisa menjadi pembuka jalan baginya sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Hal itu semakin jelas terlihat selama masa pandemi. 

Tak salah, jika jargon “Ibuku Pahlawanku” bergema di penjuru dunia. Meski hanya sebuah kata, tetapi mampu menyingkap tabir seberapa dalam peran seorang ibu. Percaya tidak, ada tiga kelebihan alamiah seorang ibu. Sosok ini mampu memerdekakan individu  dari sebuah ruang kecil, meski harus kehilangan nafas dan denyut nadi. Sosok ini mampu dengan hati yang teduh membekali makanan tanpa takut dimonopoli. Sosok ini mampu memberikan deraian air mata haru kian dinikmati air susunya tanpa merasa tereksploitasi.

Riuhnya dentungan hati di Desember memberi isyarat, Selamat Hari Ibu untuk semua yang berselimut hati ibu.


Tidak ada komentar