Langit malam perlahan berganti hari. Para penghuni mulai beranjak, akhirnya Juni telah tiba. Lima perempuan nampak rapi, pakaian senada, h...
Langit malam perlahan berganti hari. Para penghuni mulai beranjak, akhirnya Juni telah tiba. Lima perempuan nampak rapi, pakaian senada, hitam putih lengkap dengan jas, dan masker. Tiga sepeda motor mulai menaruh tapak kaki, harapan kian di panjatkan. Perlahan melangkah menuju tempat harapan Sang Tetua, IAIN Parepare.
Enam perempuan itu, Sunarti, Nurlaela Yuliasri, Rasmika, Ega Shafira, Andi Siti Tri Insani, Nurhalisah, mahasiswa Jurnalistik Islam angkatan pertama, pemegang tongkat bersiap untuk ujian komprehensif. Ada tiga kompetensi, ilmu komunikasi dan dakwah, fiqih dakwah, dan keprodian.
Tiba di gedung itu, masih terlihat sepi. Hanya ada lambaian angin, dua mobil hitam, dan satu sepeda motor. Sembari menanti sang penguji, mereka berbincang di sudut ruangan lantai dua gedung Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah. Detik terus berjalan, dua jam berlalu, rupa enam perempuan itu mulai lesu.
Penguji pertama belum nampak, langit kian membiru, dahaga makin menjadi-jadi, perut terus berdendang, helaan nafas tak terelakkan. Dari sayap kiri gedung, nampak sang penguji berjalan perlahan. Enam mahasiswa itu menghelah nafas panjang. Sang penguji masih berpakaian kaos berwarna orange lengkap dengan celana santai.
Penantian berbuah manis, ujian sesi pertama dimulai. Enam perempuan itu berganti masuk ruangan penguji. Rupa yang awalnya lesu, berganti senyum gigi meninggalkan ruangan itu.
"Alhamdulillah," tutur Sunarti.
Penulis: Nurlaela Yuliasri
Tidak ada komentar