Page Nav

5

Grid

GRID_STYLE

IAIN Parepare

IAIN Parepare

Postingan Populer

Classic Header

{fbt_classic_header}

Postingan Populer

Breaking News:

latest

Tradisi Mangngonggo Adat Suku Pattae ,Mabbaca' Usai Panen Buah-buahan

Sumber gambar : https://pattae.com/tradisi-mangngonggo-masyarakat-pattae/ Indonesia selain kaya akan budaya Indonesia juga di kenal dengan b...

Sumber gambar : https://pattae.com/tradisi-mangngonggo-masyarakat-pattae/


Indonesia selain kaya akan budaya Indonesia juga di kenal dengan berbagai suku-suku di dalamnya serta kaya akan budaya dan adat istiadat.Indonesia, negeri yang kaya akan keberagaman budaya dan warisan adat istiadat, telah menjadi tempat di mana tradisi-tradisi kuno bertahan dan terus berkembang seiring dengan zaman. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya yang unik, memberikan warna dan keberagaman yang memperkaya jalinan kehidupan sosial dan spiritual masyarakatnya.

Latar belakang mengenai budaya merujuk pada konteks yang meliputi sejarah, nilai-nilai, tradisi, dan norma-norma yang membentuk identitas suatu kelompok manusia atau masyarakat. Ini mencakup beberapa aspek penting:

1. Sejarah: Sejarah suatu budaya mencakup peristiwa-peristiwa penting, seperti migrasi, penjajahan, atau perubahan politik, yang telah membentuk karakteristik budaya yang ada saat ini.

2. Nilai-nilai dan Norma: Nilai-nilai seperti keadilan, kesetiaan, atau hormat kepada yang lebih tua, serta norma-norma sosial yang mengatur perilaku masyarakat dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.

3. Tradisi: Praktik-praktik budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk ritual, perayaan, pakaian tradisional, dan seni tradisional.

4. Bahasa dan Komunikasi: Bahasa merupakan sarana utama untuk menyampaikan nilai, pengetahuan, dan identitas budaya kepada generasi berikutnya. Penggunaan bahasa juga mempengaruhi pemikiran dan perspektif masyarakat terhadap dunia.

5. Geografi dan Lingkungan: Kondisi geografis suatu wilayah mempengaruhi cara hidup dan tradisi budaya yang berkembang di sana, seperti jenis makanan, teknik pertanian, atau cara berpakaian.

6. Teknologi dan Globalisasi: Perkembangan teknologi dan hubungan global telah mempercepat pertukaran budaya antar bangsa dan menyebabkan adopsi elemen-elemen budaya dari tempat lain.

Memahami latar belakang budaya adalah penting karena membantu kita untuk menghargai keanekaragaman budaya di dunia, serta untuk memahami cara-cara di mana faktor-faktor ini saling berinteraksi dan membentuk identitas budaya yang unik.

Kebudayaan memiliki tujuh unsur universal yang ditemukan di berbagai bangsa. Unsur-unsur ini, yang merupakan inti dari setiap kebudayaan, meliputi bahasa, pengetahuan sistematis, struktur sosial, teknologi dan peralatan hidup, mata pencaharian, aspek religius, serta seni. Berdasarkan unsur-unsur ini, kebiasaan tahunan masyarakat "Mangonggo" telah menjadi bagian integral dalam rutinitas tahunan mereka.

Dalam bahasa Suku Pattae, kata-kata yang terkait dengan pekerjaan sering kali menggunakan imbuhan di belakang kata sifatnya. Misalnya, kata "Mangonggo" menggambarkan perasaan yang dijelaskan dengan kata tunggal "onggo", namun karena kata tersebut merujuk pada aktivitas umum yang dilakukan, imbuhan kata "Mang" ditambahkan, sehingga menjadi "Mangonggo".

Penggunaan kata "Pangngonggo" membedakannya dengan penambahan imbuhan "pang" di awal kata, yang dalam bahasa Pattae mengindikasikan pelaku atau kelompok yang bertanggung jawab atas suatu pekerjaan. Dalam konteks sebelumnya, "pangonggo" merujuk pada panitia yang ditunjuk oleh pemangku adat untuk mengatur budaya Mangonggo.

Pelestarian budaya di setiap daerah berbeda dalam bentuk aktualisasinya, mencerminkan ekspresi budaya dalam lingkup masyarakat yang bersangkutan. Khususnya, kebiasaan yang dilakukan secara rutin setiap tahun oleh masyarakat Amola saat musim durian tiba, menunjukkan pentingnya mengacu pada unsur-unsur yang mewakili karakteristik budaya mereka untuk memahami dan mempertahankan budaya itu sendiri. 

Taradisi mangngonggo adalah suatu budaya atau tradisi yang di lakukan oleh Suku pattae setelah usai panen buah-buahan, pada tradisi tersebut dulunya warga mengumpulkan hasil panennya di satu tempat, namun seiring perkembangan zaman sebagian Daerah di suku Pattae tidak lagi berkumpul di satu tempat, Akan tapi melaksanakannya di rumah masing-masing,dulunya tradisi tersebut bertujuan untuk mempererat silatuhrahmih,bentuk rasa syukur ,menanamkan jiwa masyarakat,mengukur tingkat kejujuran dan merawat persatuan dan kesatuan tradisi yang diwariskan turuntemurun oleh Nenek moyang.

Tradisi Mangngonggo adalah sebuah istilah dari suku Pattae pada zaman kerjaan, yaitu darikata "Onggo" yang artinya adalah suatau upeti(persembahan) kepada Raja,kemudian istilah ini berganti makna menjadi suatu sedekah atau rasa syukur dari hasil penen buah, pasca di berhentikannya upeti(persembahan) oleh raja Binuang,kerjaan ini dulunya terletak di Amassangan,kec.Binuang,KB Polewali Mandar,Sulawesi Barat. .

Menurut para tomakaka (Tokoh adat) pada zaman kerajaan Binuang,"Mangngonggo"atau "onggo"terdapat dua macam bentuk.

Bentuk Pertama merupakan bentuk rasasyukur kepada sang khaliq(dewata) yang memberikan rezeki buah,"onggo"ini disebut sebagai "onggo baca",bentuk tradisi ini tidak lagi di laksanakan pada saat masuknya pengaruh-pengaruh islam.

Bentuk kedua, di sebut sebagai "onggo kasiwan", yaitu pemberian kepada sang raja sebagai bentuk rasa sykur "massidakkah"(bersedekah) dari hasil panen buah.

Proses Budaya Mangonggo dijalankan setiap tahun pada masa musim durian, ketika buah durian mulai tumbuh. Acara ini biasanya berlangsung di pertengahan atau akhir musim panen durian. Sebelum dimulai, masyarakat setempat sepakat tentang tanggal dimulainya dan berakhirnya acara. Mangonggo berlangsung selama tiga hari tiga malam. Sebelum acara dimulai, panitia telah ditunjuk dan aturan telah ditetapkan. Tradisi Mangonggo sering kali ditandai dengan daun kelapa, kulit durian, dan kayu yang digantung di kebun masyarakat. Ini mengindikasikan bahwa pelanggaran aturan akan berakibat pada hukuman berupa pukulan dengan kayu yang digantung dan goresan dengan kulit durian.

Nilai-nilai Islam yang tercermin dalam budaya Mangonggo meliputi memperkuat silaturrahim antar sesama manusia, sesuai dengan ajaran agama untuk menjaga hubungan baik di antara mereka. Nilai-nilai tersebut juga terlihat dalam tiga aspek utama dari tradisi Mangonggo, yakni keikhlasan dalam berperilaku, sebagai ajang untuk menjalin silaturrahim, dan cara menghormati serta menerima tamu dengan baik.

Meskipun sudah sedikit berubah kebiasaan turun temurun ini masih di lakukan oleh sebagian msyarakat suku pattae hingga sekarang,ketika ingin usainya musim buah tradisi ini akan di lakukan namun kebanyakan dari masyarakat melakukan nya di rumah masing-masing dan tidak lagi berkumpul di satu tempat tradisi tersebut tidak di lalukan oleh semua msyarakat suku pattae namamun hanya sebagian msayarakat suku pattae yg melakukannya, pada saat di lakukannya tradisi tersebut biasanya di awali dengan (Mabaca ) membaca doa-doa atau memberikan harapan dan rasa syukur agar nantinya buah-buahan kembali berbuah di musim Buah berikutnya,pada saat di laksanakan nya tradisi tersebut terdapat buah durian, rambutan , langsat,sokko( nasi ketan),dan ayam kampung.

Tradisi tersebut sebaiknya terus di kembangkan dan kembali berkumpul di satu tempat agar terjalin nya silaturahmi semsama msyarakat dan menanamkan jiwa sosial msyarakat merawat persatuan dan kesatuan tradisi yang di wariskan secara turun temurun oleh Nenek moyang. 


REFERENSI 

https://pattae.com/tradisi-mangngonggo-masyarakat-pattae/

https://repository.iainpare.ac.id/id/eprint/50561/16.1400.044%20WIRANTI.pdf


Penulis : Ulfa Ali Mahasiswi Jurnalistik Islam IAIN Parepare 



Tidak ada komentar