Andi Siti Tri Insani Mahasiswi Jurnalisti k Islam Virus corona masih terus berlangsung bersamaan dengan dampaknya yang tajam me...
Andi
Siti Tri Insani Mahasiswi Jurnalistik
Islam
|
Virus corona
masih terus berlangsung bersamaan dengan dampaknya yang tajam menyerang. Memasuki
bulan kedua semua publik sudah tahu kejahatan wabah ini. Masyarakat dibuat
sedih, takut, cemas, dan panik. Sebagian orang kebablasan dalam memerangi dan
menghadapinya. Banyak polemik yang sudah terjadi namun sangat sedikit yang bisa
memahaminya. Hal ini dikarenakan kekhawatiran yang melanda masyarakat karena
takut menjadi santapan wabah ini.
Perlu diakui
memang virus corona musabab dari setiap polemik yang terjadi. Namun akankah
wabah ini yang akan terus disalahkan hingga menguras tenaga?. Berpikir sejauh
itu hanya kapasitas orang-orang yang bernyali kuat. Namun adakah yang berpikir
apa maksud dari semua yang terjadi?. Bisa saja fenomena ini sebagai bentuk
arahan untuk bermuhasabah diri. Bila dipikirkan terlalu mengulur banyak waktu
hingga sedih semakin melanda. Untuk itu, menemukan solusi menepi sedih menjadi
hal yang bemanfaat baik diri sendiri maupun orang lain.
Sesuai himbauan
pemerintah dengan menerapkan social distancing dan physical
distancing. Hal ini dimaksudkan kepada masyarakat untuk menjaga jarak
sosial dan jarak fisik guna menguragi penyebaran pendemi ini. Namun hal ini tak
semudah dibayangkan tetapi disisi lain memberi manfaat. Mengalihkan lara dengan
aktivtas yang produktif di rumah, menjadikan hari-hari yang dijalankan lebih
bermanfaat.
Seperti yang
dikatakan para ulama-ulama yang menganjurkan untuk tidak larut dalam kesedihan
atas apa yang terjadi. Kini yang perlu dilakukan adalah memiliki kesadaran
tinggi sebab amukan bumi ini terjadi karena ulah manusia. Dan sekarang pun
tidak ada waktu untuk saling menyalahkan melainkan persatuan yang diharapakan.
menyikapi hal ini sebagai seorang muslim hendaklah bertawakal dan kembali ke
ajaran agama. Memperbanyak muhasabah pun dapat menjadikan kegiatan dirumah
lebih produktif.
Hanya Allah tempat meminta
Perlindungan
Fallohu khoirun haafizhow wa huwa ar-hamur-roohimin”, Maka Allah adalah sebaik-baiknya penjaga dan dialah Maha Penyayang diantara para penyayang. (Q.S Yusuf ; 64).
Potongan surah ini mengarahkan untuk senantiasa meminta
perlindungan hanya pada Allah Swt. Terkait dengan social distancing
muhasabah kita bisa menjadi kuat dengan memahami bahwa virus corona merupakan
bagian kecil makhluk Allah. Tidak ada yang mampu menggerakkan kecuali atas
kehendak dan izinnya. Maka dari itu, sebelum kita berlindung pada kemampuan
diri sendiri hendaklah berlindung pada Allah sebab Allah sebaik-baiknya
pelindung, penyayang, dan penjaga.
Melakukan ikhtiar
Ikhtiar bagian
terpenting yang dilakukan setelah memohon perlindungan. Melakukan pencegahan
ini dalam bentuk ikhtiar berupa rutin mencuci tangan, memakan makanan yang
baik, menjaga kebersihan, membiasakan memakai masker, dan yang terpenting
berupaya menghindari keramaian alias tetap dirumah. Ikhtiar ini membuat
kegiatan rumah menjadi produktif dan bila dilakukan secara rutin maka pikiran
akan teralihkan pada aktivitas ini hingga mengurangi kekhawatiran yang
dirasakan terhadap wabah ini.
Ikhtiar
dilakukan tidak hanya seorang diri melainkan dapat dikerjakan secara bersama
terkhusus dalam pencegahan wabah ini. Seperti yang dihimbaukan pemerintah untuk
melakukan social distancing, physical distancing atau isolasi mandiri di
rumah masing-masing. Hal ini berkaitan dengan hadis bukhari dan muslim. “Apabila
kalian mendengar tentangnya (wabah penyakit) di sebuah tempat, maka janganlllah
kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada didalamnya, mak janganlah
kalian keluar daripadanya sebagai bentuk dari padanya”.
Yakin kepada Allah
“Wa laa tahinuu wa laa tahzanuu waantul a’launa ing kuntum mu’miniin”, Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman. (Q.S. Ali Imran :139).
Dalam keadaan
apapun kita diperintahkan untuk selalu yakin kepada Allah Swt sebagai penggerak
bumi. Keyakinan ini berupa kekuatan iman kita atas segala keagungannya.
Menyangkut pautkan pada virus corona yang merupakan bagian ciptaan Allah,
semestinya sebagai seorang muslim hendaklah menepikan kesedihannya. Memang
tidak mudah tetapi bukan berarti tidak bisa. Namun hal ini dapat mengukuhkan
kesedihan, ketakutan, dan kekhawatiran pada wabah ini. Bukankah Allah pemilik
segalanya, bila kita yakin maka semua akan tetap baik.
Senantiasa bertawakkal pada Allah
Setelah melakukan cara di atas maka yang menjadi point utama adalah
bertawakkal pada Allah Swt. Hal ini menjadi penentu akan usaha kita dalam
menyikapi virus corona ini melalui ajaran agama. Tawakkal berupa berserah diri
atas kehendak dan ketentuan Allah berdasarkan usaha yang kita jalani. Berdiam
diri di rumah akan menjadi produktif
bila kita mendekatkan diri tidak hanya sebagai penolong tetapi juga menjadi amal
ibadah saat dilakukan dengan tulus hati.
Seperti kita ketahui secara bersama bahwa ajal pasti akan datang
menjemput. Untuk itu, setelah usaha yang kita lakukan sebagai pendekatan diri
kepada Allah Swt, maka berserah diri yang dilakukan dengan yakin pada Allah
sembari berharap kita menjemput ajal dengan husnul Khotimah sekalipun itu
karena virus corona.
Tidak ada yang tahu kapan semua ini berakhir, maka yang menjadi
tugas kita adalah terus berjuang. Tidak dipungkiri kesedihan menjadi nyanyian masyarakat
setiap harinya. Dan itu bukanlah sesuatu yang salah. Atensi publik terpasung
pada fenomena ini, masyarakat seakan dimonopoli akan setiap adegan nyawa yang
direnggut. Untuk itu, kita mesti bersatu agar harap masih terus berlanjut.
Tidak ada komentar