Oleh : Ulfa Ali, Mahasiswi Program Studi Jurnalistik Islam, IAIN Parepare
Oleh : Ulfa Ali, Mahasiswi Program Studi Jurnalistik Islam, IAIN Parepare |
Opini -- Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, kata dakwah merupakan kata masdar (kata benda) dari kata kerja da'a, ya'dau yang berarti memanggil.
Adapun Syekh Ali Mahfudhi Mohissa mengatakan bahwa dakwah mendorong manusia untuk beramal shaleh dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru pada kebaikan dan mencegah berbuat maksiat guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang terpelihara kehidupan beragama secara utuh dan menyeluruh serta menerapkan ajaran Islam.
Menurut Al Sayyid Sabiq, dakwah Islam memperhatikan manusia sebagai individu melalui tiga cara; fisik, intelektual, dan moral. Pertimbangan fisik menyangkut menjaga kesehatan jasmani agar kita dapat menghadapi berbagai tantangan. Sementara itu, dalam urusan pikiran, Islam mengajak setiap orang untuk berpikir sehat dan jernih, mengambil keputusan berdasarkan kejujuran, keadilan, serta memahami lingkungan sekitar dan belajar dari perjalanan orang-orang sebelumnya.
Sedangkan akhlak merujuk pada teguran untuk melatih hati agar condong pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Kegiatan dakwah merupakan suatu sistem, karena kegiatan dakwah mengandung beberapa unsur baik sebagai unsur dasar maupun sebagai unsur tambahan. Unsur-unsur tersebut terdiri dari da'i (subyek dakwah), madu'u (objek dakwah), materi, metode, media, dan tujuan.
Selain itu, beberapa pakar sering kali memasukkan perencanaan dan evaluasi ke dalam pekerjaan pengabaran. Dakwah sebagai suatu sistem selalu mempunyai input, output, dan proses. Ketiganya harus selalu berkaitan satu sama lain dan senantiasa berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu proses yang tidak berhenti pada satu titik dan tidak saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan.
Dari sudut pandang psikologi, George Miller menyatakan bahwa pokok bahasan psikologi adalah wujud spiritual atau jiwa umat manusia. Pembahasannya bersifat ilmiah, hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Berbeda dengan William James yang membatasi pokok bahasan psikologis pada jiwa sadar orang yang sehat, terpelajar, dan sebagainya.
Subyek penelitiannya adalah perilaku yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri. Perilaku tersebut berupaya memenuhi syarat kehidupan biologis sebagai makhluk individu dan kehidupan sosial sebagai makhluk sosial. Interaksi Psikologis Da'i dan Mad'u Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial karena dilahirkan dengan kebutuhan akan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Menjadi apa dan menjadi siapa seseorang bergantung pada dengan siapa mereka berinteraksi.
Di sisi lain, masyarakat mempunyai sikap kooperatif, suatu cara bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Jadi dalam kehidupan, individu selalu berhubungan dengan lingkungan fisiknya, lingkungan psikisnya, atau lingkungan spiritualnya. Salah satu bentuk hubungan manusia-lingkungan adalah interaksi sosial.
Peran psikologi dalam proses dakwah Islam adalah proses transmisi ajaran Islam kepada umat manusia. Sebagai sebuah proses, dakwah bukan sekedar upaya penyampaian, melainkan upaya mengubah cara berpikir, perasaan, dan pola hidup masyarakat sebagai objek dakwah menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Da'i seringkali mengalami kesulitan dalam kegiatan dakwah untuk menggerakkan sasaran dakwah agar mendengarkan dan mengamalkan pesan-pesan yang disampaikan dalam kehidupan nyata.
Da'i menghadapi kenyataan bahwa orang-orang yang diberitahukannya berbeda dalam banyak hal. Keberagaman ini menyebabkan adanya perbedaan gaya penerimaan (materi dakwah) yang sesuai dengannya.
Oleh karena itu, dakwah yang dilakukan harus diarahkan pada kebutuhan sasaran dakwah, dan da'i berusaha memotivasi sasaran untuk mengamalkan pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, da'i dituntut untuk menguasai jiwa manusia sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok.
Hakikat dakwah sebenarnya adalah berusaha mencegah penyakit sosial psikis dengan cara mengajak, menyemangati, merangsang, dan membimbing manusia agar sehat sejahtera lahir dan batin sehingga dapat menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Dari ajaran agama sesuai syarat, pesan dakwah hukum agama harus disampaikan dengan pendekatan psikologis yaitu sesuai pikiran dan perasaan mad'u.
Dengan memperhatikan faktor perkembangan psikis dan ciri-cirinya maka pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh sasaran kemudian dilaksanakan tanpa hambatan dengan perasaan yang ikhlas karena dapat menyentuh dan memuaskan rasa spiritualnya, kehidupan dakwah seperti ini disebut dakwah persuasif.
Dakwah persuasif memerlukan persiapan yang serius karena persuasif mengandalkan aspek psikologis dalam usahanya dan bertujuan untuk mencapai kesadaran seseorang terhadap apa yang harus dilakukan. Sesuatu Persuasif adalah kegiatan psikologis yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku tanpa menggunakan ancaman, kekerasan, pemaksaan, kekuasaan, tekanan, pemerasan, tetapi secara sadar, penuh kasih sayang dan penuh emosi.
Di sinilah sebenarnya fokus strategi dakwah, yaitu penerimaan ikhlas pesan dakwah dalam pelaksanaannya. Namun kenyataan psikologis menunjukkan bahwa materi pesan yang disampaikan da'i tidak serta merta diserap oleh mad'u. Mempertimbangkan tujuan dakwah sekaligus menerima keberadaan sumber informasi merupakan kunci dalam mempertimbangkan penerimaan dan sikap terhadap materi dakwah.
Tidak ada komentar