Page Nav

5

Grid

GRID_STYLE

IAIN Parepare

IAIN Parepare

Postingan Populer

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

//

Postingan Populer

Breaking News:

latest

Keharuman Nasu Ming di Antara Doa dan Puasa di Polewali Suppa

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Negara ini bahkan terkenal sebagai salah satu yang memiliki keragaman budaya terbany...


Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Negara ini bahkan terkenal sebagai salah satu yang memiliki keragaman budaya terbanyak di dunia, yang tercermin dalam kekayaan makanan tradisionalnya. Makanan tradisional sering dianggap sebagai cerminan karakteristik dan nilai-nilai budaya setiap daerah di Indonesia yang kaya akan keberagaman masyarakatnya, menjadikan ragam kuliner tradisional Indonesia sangat berlimpah. Makanan-makanan tersebut menjadi simbol untuk mengandung nasihat-nasihat bijak. Jika dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ajaran-ajaran kebaikan yang disampaikan melalui makanan tradisional akan membawa kebaikan.

Sulawesi Selatan memiliki keragaman suku sehingga bahasa, tradisi, ritual, dan makanan tradisional juga pasti beraneka ragam. Salah satu suku yang mengandung banyak perbedaan adalah suku Bugis, terutama dalam segi makanan. Peneliti mengangkat jenis makanan tradisional yang ada di Polewali Suppa yaitu nasu ming. Makanan tersebut memiliki ciri khas yang sangat unik karena hanya dapat ditemukan pada bulan suci Ramadhan saja. Selain nikmat, makanan tersebut juga ramah di dompet masyarakat setempat.

Penelitian ini menggunakan metode mini riset dengan membaca beberapa jurnal terkait makanan tradisional dan juga menggunakan metode wawancara singkat dengan beberapa narasumber di daerah Polewali Suppa. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dan tujuan agar pembaca dari luar daerah Sulawesi Selatan mengetahui bahwa adanya makanan tradisional yang unik seperti nasu ming tersebut. Jika ada yang berkunjung kedesa Polewali Suppa pada saat bulan Suci Ramadhan, maka pembaca dapat mencoba makanan tersebut. 

Nasu ming berasal dari bahasa Bugis yang terdiri 2 kata yaitu nasu berarti masak atau memasak dan ming artinya mie biasa. Jadi jika ditinjau dari segi bahasa nasu ming artinya mie masak. Nasu ming adalah sebuah makanan tradisional yang menjadi ciri khas datangnya bulan suci Ramadhan di Polewali Suppa. Nasu ming pada umumnya hanyalah sebuah mie biasa yang berkuah dan tidak memiliki bumbu sehingga perlu dibuatkan bumbu secara khusus. Namun tidak jarang ada juga yang menggunakan mie dengan bumbu yang sudah ada (mie instan). Selain itu, di dalam nasu ming juga terdapat lemak daging yang menjadi pembeda makanan tersebut dengan yang lainnya. Harganya pun terbilang cukup murah karena hanya berkisar sekitar Rp 5.000,00 – Rp 8.000,00 saja. Hal tersebut menjadi point plus yang membuat masyarakat setempat lebih suka menikmatinya dibandingkan bakso dan sejenisnya yang berkisar Rp 15.000,00.

Tempat makan yang menyajikan nasu ming akan menjadi tempat paling ramai dikunjungi ketika malam hari pada bulan Ramadhan. Masyarakat biasanya akan datang membeli setelah selesai melaksanakan sholat tarwih, sehingga tempat tersebut penuh dan harus antri. Fenomena tersebut menjadi kegembiraan dan keseruan masyarakat setempat karena dapat berkumpul, berbincang, dan makan bersama. Hal tersebut masih terjaga sampai pada tahun sekitar 2017, mulai dibangun beberapa masjid di setiap dusun yang ada di Polewali. Sebelum masjid-masjid tersebut dibangun, dulu hanya ada 2 masjid yang ada di desa Polewali, sehingga masyarakat dapat berkumpul dari beberapa dusun. Sejak masjid-masjid lainnya telah berdiri dan bisa digunakan, masyarakat hanya berkumpul di 1 dusun saja, begitupun penikmat nasu ming tidak seramai dulu lagi. Akan tetapi makanan tersebut masih tetap bisa ditemukan di desa Polewali hingga sekarang. 

Nasu ming adalah jenis makanan tradisional yang turun temurun dapat dinikmati setiap bulan suci Ramadhan datang. Makanan tersebut memiliki ciri khas yaitu terdapat lemak daging yang memberikan kelezatan tersendiri bagi penikmatnya. Tempat makan yang menyediakan nasu ming akan mulai terbuka setelah sholat magrib selesai. Meskipun hanya berisi mie kuah dan lemak daging, nasu ming begitu diminati pada bulan suci Ramadhan karena harganya yang bersahabat dibandingkan yang lain. 


Daftar Pustaka

Adiasih, P., & Brahmana, R. K. (2015). Persepsi terhadap makanan tradisional Jawa Timur: Studi awal terhadap mahasiswa perguruan tinggi swasta di Surabaya. Kinerja, 19(2), 114-127.

Achroni, D. (2017). Belajar dari makanan tradisional Jawa. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 


Penulis : Reski Aripai Mahasiswi Jurnalistik Islam IAIN Parepare 

Tidak ada komentar