Page Nav

5

Grid

GRID_STYLE

IAIN Parepare

IAIN Parepare

Postingan Populer

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

//

Postingan Populer

Breaking News:

latest

Pengelolaan Rumput Laut dalam Peningkatan Ekonomi di Desa Botto, Kecamatan Takkalalla, Kabupaten Wajo

Rumput laut yang sudah diikat pada tali panjang yang berukuran sekitar 18 meter.  Penulis: Madina Thulhidjah, Mahasiswi program studi Jurnal...

Rumput laut yang sudah diikat pada tali panjang yang berukuran sekitar 18 meter. 

Penulis: Madina Thulhidjah, Mahasiswi program studi Jurnalistik Islam, IAIN Parepare

Esai-- Pengelolaan sumber daya alam di daerah pesisir Indonesia telah menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Salah satu sumber daya yang memiliki potensi besar namun belum sepenuhnya dimanfaatkan adalah rumput laut. Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, termasuk makanan, kosmetik, dan farmasi.

Di Desa Botto, Kecamatan Takkalalla, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, rumput laut telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat pesisir. Masyarakat setempat menggantungkan hidupnya pada budidaya dan pengelolaan rumput laut. Budidaya rumput laut memberikan peluang ekonomi yang signifikan dan berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga.

Proses budidaya rumput laut di Desa Botto dimulai dengan mengikat rumput laut pada tali panjang yang berukuran sekitar 18 meter. Tali-tali ini kemudian ditempatkan kembali ke dalam laut agar rumput laut dapat tumbuh dan berkembang. Selama sekitar satu bulan, rumput laut dibiarkan di laut, menyerap nutrisi dan berkembang hingga siap untuk dipanen.

Setelah satu bulan, rumput laut yang telah tumbuh diambil kembali ke daratan. Proses ini disebut sebagai massio atau pengikatan rumput laut yang dilakukan untuk memastikan bahwa rumput laut tetap rapi dan teratur saat kembali ditanam. Pengikatan ini tidak memandang umur dan biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga serta anak-anak di Desa Botto.

Massio menjadi salah satu kegiatan ekonomi penting di desa ini. Ibu-ibu dan anak-anak sering kali melakukan massio di bawah rumah panggung mereka, sehingga mereka terlindung dari panas matahari. Penghasilan dari massio cukup menjanjikan, dengan upah sekitar lima ribu rupiah untuk setiap tali yang diikat. Kegiatan ini memberikan sumber pendapatan tambahan yang signifikan bagi masyarakat di Desa Botto.

Setelah diikat, rumput laut kembali disimpan di laut untuk tumbuh lebih lanjut. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang hingga rumput laut siap untuk dipanen. Ketika tiba waktunya panen, rumput laut diambil dari laut dan dibawa ke daratan untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan selama sekitar satu minggu, di mana rumput laut dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.

Rumput laut yang telah kering kemudian dijual kepada padangkang, yaitu pedagang rumput laut yang akan membawanya ke kota lain untuk diolah menjadi berbagai produk makanan. Proses penjualan ini menjadi salah satu mata rantai penting dalam pengelolaan rumput laut di Desa Botto, karena memberikan akses pasar yang lebih luas bagi para pemilik rumput laut setempat.

Budidaya rumput laut di Desa Botto tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Kegiatan massio melibatkan banyak masyarakat, terutama ibu-ibu dan anak-anak, yang menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Selain memberikan pendapatan tambahan, massio juga memperkuat ikatan sosial dan kerjasama antar anggota masyarakat.

Meskipun pengelolaan rumput laut di Desa Botto memiliki banyak potensi, terdapat berbagai tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah masalah lingkungan, ini menjadi perhatian utama dalam pengelolaan rumput laut di Desa Botto. Perubahan iklim, polusi, dan kerusakan ekosistem laut dapat berdampak negatif pada produksi rumput laut. Pemilik rumput laut harus beradaptasi dengan perubahan ini dan menemukan cara untuk menjaga keberlanjutan budidaya rumput laut. 

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pengelolaan rumput laut dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Dengan memahami kondisi saat ini dan tantangan yang dihadapi, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya rumput laut.

Hasil dari penelitian ini diharapkan bukan hanya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Desa Botto, tetapi juga membantu menjaga kelestarian lingkungan laut dan memperkuat kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dengan demikian, pengelolaan rumput laut di Desa Botto dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Pengelolaan rumput laut di Desa Botto, Kecamatan Takkalalla, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menggambarkan bagaimana sumber daya alam pesisir dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Budidaya rumput laut telah menjadi aktivitas ekonomi yang signifikan di desa ini, memberikan pendapatan tambahan yang substansial bagi penduduk lokal. Proses pengelolaan rumput laut di Desa Botto mencerminkan praktik-praktik tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, serta adaptasi terhadap tantangan modern.

Proses budidaya rumput laut dimulai dengan pengikatan rumput laut pada tali panjang sepanjang 18 meter. Tali-tali ini kemudian ditempatkan kembali ke laut, di mana rumput laut akan tumbuh selama sekitar satu bulan. Metode ini memungkinkan rumput laut untuk menyerap nutrisi dari air laut, memastikan pertumbuhan yang optimal sebelum dipanen. Pengikatan tali ini tidak hanya bertujuan untuk memastikan pertumbuhan yang baik, tetapi juga memudahkan proses panen.

Setelah satu bulan, rumput laut yang telah tumbuh diambil kembali ke daratan untuk diikat ulang atau dikenal sebagai massio. Aktivitas massio ini melibatkan banyak penduduk desa, terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak. Mereka biasanya melakukannya di bawah rumah panggung, terlindung dari panas matahari. Massio menjadi salah satu kegiatan penting karena memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga. Dengan upah sekitar lima ribu rupiah per tali yang diikat, kegiatan ini membantu menambah pendapatan keluarga dengan cara yang sederhana dan mudah diakses.

Pengikatan ulang rumput laut ini memastikan bahwa rumput laut tetap rapi dan teratur saat ditanam kembali di laut. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang hingga rumput laut siap untuk dipanen. Ketika tiba waktunya panen, rumput laut diambil dari laut dan dibawa ke daratan untuk dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan selama sekitar satu minggu di bawah sinar matahari hingga rumput laut benar-benar kering. Pengeringan ini adalah tahap penting yang menentukan kualitas akhir dari rumput laut yang akan dijual.

Rumput laut yang telah kering kemudian dijual kepada padangkang, yaitu pedagang rumput laut yang akan membawanya ke kota lain untuk diolah menjadi berbagai produk makanan. Proses penjualan ini merupakan salah satu mata rantai penting dalam pengelolaan rumput laut di Desa Botto. Padangkang memainkan peran krusial dengan menyediakan akses pasar yang lebih luas bagi pemilik rumput laut setempat, yang pada gilirannya membantu meningkatkan pendapatan mereka.

Budidaya rumput laut tidak hanya memberikan manfaat ekonomi langsung, tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Aktivitas massio melibatkan banyak anggota masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak, yang menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Selain memberikan pendapatan tambahan, massio juga memperkuat ikatan sosial dan kerjasama antar anggota masyarakat. Ini menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara penduduk desa.

Namun, pengelolaan rumput laut di Desa Botto tidak terlepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah masalah lingkungan. Perubahan iklim, polusi, dan kerusakan ekosistem laut dapat berdampak negatif pada produksi rumput laut. Perubahan iklim dapat mengubah kondisi lingkungan laut, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Polusi dari kegiatan manusia dan kerusakan ekosistem laut juga dapat mengurangi kualitas dan kuantitas rumput laut yang dipanen. Oleh karena itu, pemilik rumput laut perlu beradaptasi dengan kondisi ini dan menemukan cara untuk menjaga keberlanjutan budidaya mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pengelolaan rumput laut dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Dengan memahami kondisi saat ini dan tantangan yang dihadapi, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya rumput laut. Salah satu solusi yang diusulkan adalah peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat tentang praktik budidaya yang berkelanjutan. Pelatihan dan pendidikan yang lebih baik dapat membantu masyarakat untuk mengadopsi teknik-teknik baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Selain itu, penting untuk memperkuat dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait dalam bentuk kebijakan yang mendukung, bantuan teknis, dan fasilitas infrastruktur. Dukungan ini penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pemilik rumput laut, seperti perubahan iklim dan polusi. Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan menyediakan sumber daya dan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung praktik budidaya yang berkelanjutan.

Ada juga peluang untuk meningkatkan nilai tambah dari rumput laut melalui diversifikasi produk. Dengan mengembangkan produk-produk baru dari rumput laut, seperti makanan, kosmetik, dan farmasi, masyarakat Desa Botto dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan stabil. Diversifikasi ini juga dapat membantu membuka pasar baru dan mengurangi ketergantungan pada padangkang.

Peningkatan kerjasama antara pemilik rumput laut dan padangkang juga penting untuk memperbaiki sistem pemasaran. Dengan akses pasar yang lebih luas dan sistem pemasaran yang lebih adil, pemilik rumput laut dapat memperoleh harga jual yang lebih menguntungkan. Ini dapat dilakukan dengan membentuk koperasi atau kelompok usaha bersama yang dapat memperkuat posisi tawar pemilik rumput laut di pasar.

Pengelolaan rumput laut di Desa Botto, Kecamatan Takkalalla, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menunjukkan bagaimana sumber daya alam pesisir dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Dengan proses budidaya yang melibatkan pengikatan dan penanaman ulang rumput laut di laut, masyarakat Desa Botto mampu menghasilkan pendapatan tambahan yang signifikan. Kegiatan massio, yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan kerjasama di dalam komunitas.

Meskipun memiliki banyak potensi, pengelolaan rumput laut di Desa Botto juga menghadapi tantangan, terutama terkait dengan perubahan lingkungan dan polusi. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, peningkatan keterampilan masyarakat, dan diversifikasi produk, tantangan-tantangan ini dapat diatasi. Oleh karena itu, pengelolaan rumput laut yang berkelanjutan dapat terus berkembang, memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Botto dan menjadi contoh bagi daerah pesisir lainnya di Indonesia.

Referensi

Ayu Sri, Lestari, Undergraduate thesis, IAIN Parepare, “Tata Kelola Budidaya Rumput Laut Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Nelayan di Watang Suppa, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang”, 2022.

Rusli Arham, Dahlia, Ilijas Ikbal Muhammad, Alias Muh., Budiman, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, “Strategi pengelolaan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan”, 2020.

Ismail Shabig Muhammad Andi, Nessa Natsir M., Sudirman Indrianty, Universitas Hasanuddin Makassar, “Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Morowali”, 2012.

Risal M., “Produksi dan Pemasaran Produk Olahan Rumput Laut Home Industry Tanjung Ketupat Desa Munte Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara”, 2017.

Damayanti Fibri Ilda, Purwadinata Subhan, Fitriyani Ika, Universitas Samawa, “Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Rumput Laut Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir”, 2021.

Azis Yulianti Hasni, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor, “Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Rumput Laut Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan”, 2011.(*) 

Tidak ada komentar